Biophilic design merupakan konsep arsitektur yang menggabungkan elemen alam ke dalam desain bangunan.
Menurut sejarahnya, desain biophilic pada bangunan mulai dipopulerkan pada 1980-an, ketika tingkat urbanisasi masyarakat melonjak di negara-negara maju dan berkembang.
Ketika itu, manusia seakan terbuai dengan unsur-unsur modernitas, sehingga cenderung melupakan koneksi dengan alam sekitar.
Sehingga, biophilic design pun hadir untuk mengembalikan hubungan erat antara manusia dengan alam lewat konsep bangunan.
Karakteristik Bangunan dengan Biophilic Design
Prinsip utama biophilic design adalah mengintegrasikan konsep alam dengan unsur modern pada bangunan.
Tujuannya untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan lingkungan di sekitar.
Konsep biophilic pada bangunan dapat diaplikasikan dalam sejumlah cara.
Salah satunya dengan memperbanyak penerapan bahan alami, baik pada material bangunan maupun elemen dekorasi.
Penggunaan bahan alami memiliki efek menenangkan, serta dapat membantu menciptakan rasa hangat dan nyaman di dalam ruangan.
Selain itu, cara ini juga dapat membantu mengurangi jejak karbon pada bangunan.
Desain biophilic pun bisa diaplikasikan dengan penerapan warna yang menyatu dengan alam, sistem ventilasi, hingga pencahayaan yang baik.
Sistem ventilasi dan pencahayaan alami menjadi dua hal yang harus ada pada rumah.
Keduanya mampu meningkatkan kesehatan penghuni rumah, serta dapat menciptakan suasana yang lebih nyaman.
Pencahayaan alami juga dapat membantu mengurangi biaya listrik, karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pencahayaan buatan.
Manfaat Penerapan Biophilic Design
Lantas apa manfaat memiliki rumah yang dibangun dengan konsep biophilic?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi bahwa stres, gangguan mental, dan kardiovaskular akan menjadi penyakit yang sering ditemukan di masa depan.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya koneksi manusia dengan alam di sekitarnya.
Biophilic design menjadi salah satu solusi untuk mengurangi permasalahan tersebut.
Sebab berdasarkan studi, penerapan unsur alam pada bangunan seperti sistem biophilic, bermanfaat mengurangi stres penghuni rumah.
Selain itu, desain biophilic pun mampu menurunkan tekanan darah, meningkatkan mood, produktivitas dan kreativitas, serta fungsi kognitif.
Tak ayal desain biophilic semakin banyak diaplikasikan pada bangunan yang berfungsi sebagai hunian, tempat kerja, rumah sakit, hingga sekolah.
Dua contoh desain biophilic yang paling terkenal adalah bangunan The Spheres di kampus Amazon, Seattle, serta The Edible Schoolyard di Berkeley, California.
Amesta Living, Perumahan di Indonesia yang Mengusung Konsep Biophilic Design
Di Indonesia, banyak pula bangunan yang menerapkan biophilic design.
Salah satunya adalah hunian yang dipasarkan di Amesta Living, Kota Surabaya.
Seluruh unit di perumahan karya PT Graha abdael Sukses itu dibuat dengan konsep biophilic.
Konsep tersebut direpresentasikan lewat banyaknya penggunaan unsur alam, seperti kayu pada ornamen hingga material bangunan.
Selain itu, seluruh unit di perumahan dekat tol tambak sumur tersebut dilengkapi taman depan dan belakang, yang selaras dengan alam dan baik bagi kesehatan.
Gaya rumahnya pun menarik karena mengusung desain rumah Japandi, yang sedang digandrungi oleh kalangan milenial.
Konsep biophilic dan penerapan desain rumah Japandi, bukan satu-satunya keunggulan dari perumahan Amesta Living.
Proyek garapan PT Graha abdael Sukses itu berada di lokasi strategis yang mudah menjangkau sejumlah fasilitas umum.
Di antaranya adalah perbelanjaan Transmart Rungkut yang bisa diakses dalam waktu 4 menit, serta kampus UPN Veteran Surabaya yang berjarak 5 menit berkendara.
Penghuni di Amesta Living pun dimanjakan dengan kemudahan dari segi aksesibilitas, mengingat lokasinya berada di kawasan Outer East Ring Road (OERR) Surabaya.
Sehingga mudah menjangkau berbagai infrastruktur transportasi publik, seperti Tol Tambak Sumur (11 menit) hingga Stasiun Waru (35 menit).